Minggu, 30 Oktober 2016

KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PENDIDIKAN

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik. Ia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain, manusia adalah makhluk yang paling mulia.Tatkala manusia baru dilahirkan, tubuhnya masih lemah, perlu dijaga dan dipelihara oleh orang-orang disekitarnya. Jiwanya masih lembut, mudah dibentuk oleh orang tua dan lingkungannya.
Berbekal potensi-potensi yang diberikan Allah kepadanya, manusia harus dibimbing dan dibina dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya. Manusia membutuhkan pendidikan. Sebab manusia adalah makhluk educable, yang dapat dididik. Maka tergantung orang tuanya dan orang-orang dewasa disekitarnya, nantinya akan menjadi seperti apa anak itu.Karena itu pendidikan sangat penting. Melalui pendidikan ilmu pengetahuan disebarluaskan, nilai-nilai luhur dapat ditanamkan. Terutama pendidikan agama Islam sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa.
Pada kenyataannya memang benar bahwa Pendidikan adalah salah satu kebutuhan manusia. Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukkan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang lain. Proses belajar dimulai dengan orang terdekatnya. yang selanjutnya proses belajar itulah yang menjadi basis pendidikan.









PANDANGAN TENTANG MANUSIA DAN KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PENDIDIKAN
  1. Hakekat Manusia dan Perkembangannya
Manusia merupakan makhluk misterius dan sangat menarik. Manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan berbagai kalangan. Akan tetapi sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya: Homo Sapiens (Manusia berakal), Homo Economyces (Manusia Ekonomi), dan lainnya.
Pemikiran tentang hakekat manusia sejak dulu sampai sekarang belum berakhir,dan mungkin tak akan berakhir.Manusia tetap menjadi makhluk yang penuh misteri dan penuh daya tarik.Ada yang menyelidiki manusia dari segi fisik yaitu antropologi fisik,ada yang menyelidiki dari sudut pandang budaya disebut antropologi budaya. Sedangkan yang menyelidiki manusia dari sisi hakikatnya disebut antropologi filsafat.Ada juga yang menyelidiki dari segi hubungan sosialnya sebagai makhluk sosial itu sendiri dan dari sudut pandang lainnya ada banyak.
Selama ini pengetahuan umum maupun pengetahuan agama memandang bahwa manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan lainnya.Manusia diberikan otak untuk berpikir sedangkan makhluk lain diberikan otak tanpa akal.oleh karena itu manusia dapat beruat dengan kekuatan otak,akalnya itulah manusia dapat berbuat apa saja yang dia mau.Potensi manusia seperti itu secara mendatar dimiliki manusia sejak awal penciptaannya sampai sekarang. Terbukti sejak dahulu manusia mampu menciptakan budaya dan peradabannya yang dapat dipelajari sampai saat ini.
Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain (hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu berfikir (homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious.


Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
Pandangan psikoanalitik
a.      Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
b.      Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.
Pandangan Humanistik
a.      Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri.
b.      Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
Pandangan Martin Buber
Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.
Pandangan Behaviouristik
Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditing) dan peniruan.
Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa pengertian bahwa:
a.      Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.      Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku social dan rasional individu.
c.      Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri.
d.      Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai.
e.      Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati.
f.      Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.
g.      Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.      Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan wujud kepribadian manusia.

  1. Arti Dimensi-Dimensi Manusia
 Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya sendiri, dan tuhan. Pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis total.disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti krisis ekonomi,krisis energi,dan sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat,dengan lingkunganya,dengan dirinya sendiri,dan dengan tuhannya.tidak ada hubungan pengenalan,pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia.ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.
Dalam hubugan ini,pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mengantar   peserta didik untuk mencapai kebahagiaan.yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya,lingkunganya,dan tuhannya.untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lainnya,rasa menghormati,serta menjalin hubungan yang baik,maka diperlukan dimensi-dimensi didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik.dimensi-dimensi tersebut itu ialah:
a. Dimensi keindividualan
Yaitu kepribadian seseorang yang utuh yang terdiri dari kesatuan fisik dan psikis.Setiap individu memiliki keunikan,ketika dilahirkan didunia manusia telah dikaruniai potensi untuk menjadi diri sendiri yang berbeda dari yang lain.Tidak ada diri individu yang identik dengan orang lain.Sebagai contoh 2 orang yang kembar mempunyai tangan dan kaki yang sama tetapi kembar pertama menggunakan kaki dan tangannya untuk melakukan kejahatan dan kembar ke dua menggunakan tangan dan kakinya untuk kebaikan.Secara tidak langsung kembar ke 2 tidak mau disamakan dengan kembar pertama karena kembar pertama tidak baik.Karena adanya individualitas ini maka setiap orang memiliki kehendak,perasaan,cita-cita,kecenderungan,semangat,dan daya tahan yang berbeda
b. Dimensi Kesosialan
Manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi sosialitas yaitu untuk hidup bersama dengan orang lain.Menurut Innanuel Kant filosofi tersohor dari bangsa jerman,manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia.Apa yang dikatakan Kant cukup jelas,bahwa hidup bersama dan diantara manusia lahir, akan memungkinkan seseorang dapat mengembangkan kemanusiaannya. Sebagai makhluk sosial,manusia saling berinteraksi.Bahkan menurut Langgeveld, adanya kesediaan untuk saling memberi dan menerima itu dipandang sebagai kunci sukses pergaulan.
c. Dimesi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius,sebagai makhluk religius manusia sadar dan menyakini akan adanya kekuatan supranatural diluar dirinya.Sesuatu yang disebut supranatural itu dalam sejarah manusia disebut dengan berbagai nama sebutan,satu diantaranya adalah sebutan Tuhan.Sebagai orang yang beragama,manusia menyakini bahwa Tuhan mewahyukan kepada manusia pilihan yang disebut Rasul yang dengan wahyu Tuhan tersebut manusia dibimbing ke arah yang lebih baik,lebih sempurna dan lebih bertakwa.karena kita diwajibkan memiliki agama untuk keselamatan hidup dan ketentraman hati.Contohnya,orang yang beragama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha
d. Dimensi Kesusilaan
Manusia ketika dilahirkan bukan hanya dimarunia potensi individualitas dan sosialitas,melainkan juga potensi moralitas atau kesusilaan. Dimensi kesusilaan maksudnya adalah bahwa dalam diri manusia ada kemampuan untuk berbuat kebaikan dalam arti susila atau moral,seperti bersikap jujur,dan bersikap adil.Manusia susila menurut Drijarkara(dalam Tirtarahardja dan La Sulo,1994:20) adalah manusia memiliki nilai-nilai,menghayati,dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.Contohnya,menjaga kebersihan diri,rumah dan lingkungan,ikut bergotong royong,menjaga keamanan dan ketertiban,serta bergaya hidup dengan sederhana tidak pamer harta kekayaan.
e. Dimensi kesejarahan
Ortega Y. Gasset mengatakan bahwa dunia manusia bukan sekedar suatu dinua fital sama seperti dunia hewan manusia tidak identik dengan sebuah organisme.kehidupannya lebih dari sekedar peristiwa biologis semata berbeda dengan kehidupan hewan, manusia menghayati hidup ini sebagai ‘hidupku’ dan ‘hidupmu’ sebagai tugas bagi sang aku dalam masyarakat tertentu pada kurun sejarah tertentu. Keunikan hidup manusia ini tercermin dalam keunikan setiap biografi dan sejarah (dalam Sastra pratedja, 1982:106). Dimensi sejarah ini bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makluk historis, makhuk yang mampu menghayati hidup dimasa lampau, masa kini, dan mampu membuat rencana-rencana kegiatan-kegiatan dimasa yang akan datang. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang menyejarah.

  1. Manusia Indonesia Seutuhnya
a. Pengertian
Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2006), sosok manusia seutuhnya adalah perpaduan antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, keberagamaan antara aspek kognitif, afektif, psikomotor. Pengertian tersebut tampaknya sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasioanal, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).
Sebenarnya sosok manusia Indonesia seutuhnya telah dirumuskan didalam GBHN mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan didalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriyah. Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, buakan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat.

b. Pancasila Dasar Manusia Seutuhnya
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan hidup manusia akan tercapai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan diseimbangkan. Pancasila menempatkan manusia dalam keseluruhan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi, sekaligus makhluk sosial.
Sifat kotdrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial merupakan kesatuan bulat. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Kekuatan manusia pada dasarnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya semata-mata, melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerjasama dengan manusia lain.
Berbeda dengan makhluk-makhluk lain, manusia sebagai makhluk yang berderajat lebih tinggi, diperlengkapi dengan berbagai potensi dan susunan tubuh yang memungkinkan ia berkembang menjadi makhluk yang sesuai dengan ketinggian dan derajat itu. Potensi dan susunan tubuh ini memungkinkan manusia berkembang menjadi manusia seutuhnya dalam berbagai dimensi secara mantap.
c. Peran Pancasila dalan Membentuk Manusia Seutuhnya
Pancasila sangat berperan dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya, terutama pada fungsinya sebagai penuntun pembangunan nasional dan perencanaan pembangunan nasional. Untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya diperlukan suatu upaya untuk mewujudkannya yaitu dengan melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan soaial.

  1. Kebutuhan Manusia Akan Pendidikan
Fitrah manusia adalah sebagai makhluk ber-tuhan, individual, sosial, dan unik. Seseorang mungkin mempunyai kebutuhan yang sama atau berbeda dengan kebutuhan orang lain pada suatu ruang dan waktu tertentu. Untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan manusia, kebutuhan-kebutuhan itu perlu dipenuhi. Apabila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik maka mungkin kehidupan manusia akan mengalami hambatan. Dengan kata lain, apabila kebutuhan tidak terpenuhi maka terjadilah masalah. Dan kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.
       Manusia adalah makhluk dwi tunggal yang terdiri atas jasmaniah dan rohaniah. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas baik lahiriah maupun batiniyah, dunia dan ukhrowi.         Kebutuhan pendidikan; pengertian tentang kebutuhan pendidikan dikemukakan antara lain oleh Malcom S Knowles, kebutuhan pendidikan adalah suatu pembelajaran yang dibutuhkan oleh seseorang demi kehidupannya yang lebih baik, baik dalam lingkup sebuah organisasi maupun kemasyarakatan.1[1][3] Menurut pengertian tersebut maka kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh seseorang guna kemajuan kehidupan dirinya, lembaga yang ia masuki dan atau untuk kemajuan masyarakat.
Pendidikan, berbicara mengenai berarti kita berbicara terkait pola hidup dan pola pikir kita sebagai seorang individu. Pendidikan adalah gambaran kasar diri kita, cermin dalam hidup manusia secara individu maupun berkelompok. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas, sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan.Pendidikan haruslah ditafsirkan secara luas, kini pendidikan dibatasi hanya sebagai schoolling, oleh sebab itu tanggung jawab pendidikan oleh masyarakat telah dilimpahkan semuanya oleh sekolah. Hal ini telah menyebabkan terasingnya pendidikan dari kehidupan nyata dan terlemparnya masyarakat dari tanggung jawab pendidikan.
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).Prof.John S.Brubacher, mengemukakan: bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.
Sejalan dengan pendapat di atas, M.J.Adler, mengemukakan bahwa pendidikan pada manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia sehingga potensi, bakat dan kemampuannya menjadi lebih sempurna. Ini menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.


KESIMPULAN
Manusia merupakan makhluk misterius dan sangat menarik. Pemikiran tentang hakekat manusia sejak dulu sampai sekarang belum berakhir. Selama ini pengetahuan umum maupun pengetahuan agama memandang bahwa manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi diantara ciptaan Tuhan lainnya. Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain (hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain. Manusia adalah mahluk moral dan religious.
Karena manusia selain memiliki insting juga memiliki akal dan pikiran yang mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia. Dimensi-dimensi manusia sangat diperlukan didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah yang baik. Dimensi-dimensi tersebut diantaranya adalah dimensi keindividualan, Dimensi Kesosialan, Dimesi Keberagamaan, dimensi Kesusilaan, dan dimensi kesejarahan.
Sosok manusia seutuhnya digambarkan sebagai adalah perpaduan antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, keberagamaan antara aspek kognitif, afektif, psikomotor. Fungsi dan tujuan pendidikan nasioanal yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Manusia berkembang sesuai derajatnya masing-masing.
Pancasila berperan sebagai pedoman dan dasar hidup dari bangsa Indonesia. Karena didalam sila-sila pancasila mengandung cita cita dan pandangan bangsa. Pancasila menempatkan manusia dalam keseluruhan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kekuatan manusia pada dasarnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya semata-mata, melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerjasama dengan manusia lain. Kebutuhan akan pendidikan merupakan kebutuhan individual yang sangat penting bagi kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu pendidikan sebagai praktik dan pendidikan sebagai teori. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas, sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan.
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Sehimgga dapat melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik dalam lingkungan manusia ataupun dengan lingkungan alamnya. Pada dasarnya, manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Siswoyo, Dwi, dkk. 2015. Ilmu pendidikan. Yogyakarta:UNY press
Anwar,Chairul.2014.Hakikat Manusia dalam Pendidikan.Yogyakarta:Suka-press




KOLOM PERTANYAAN
NIM
NAMA PENANYA
PERTANYAAN
JAWABAN
16600003
Kamarohuda
Penjelasan mengenai afektif, kognitif dan psikomotorik beserta dengan contohnya
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), misalnya : hafalan, pemahaman, analisis, penilaiam dll. Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, misalnya : watak dan perilaku. Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan, misalnya : melukis, menari, memukul dll.
16600039
Faat Risnuriawan
Penjelasan mengenai pada zaman sekarang para pelajar melakukan perbuatan yang salah
Para pelajar pada zaman sekarang melakukan perbuatan yang salah dipengaruhi banyak faktor, diantaranya lingkungan, pergaulan, dan arus globalisasi. Apabila pelajar dapat membatasi diri dan sehingga tidak terjerumus kedalam pergaulan dan arus globali sasi yang sangat tajam, pelajar akan bisa berfikir kritis terhadap suatu hal sehingga dapat menilai hal tersebut baik atau buruk bagi dirinya.
166600027
Aldi Septiawan
bagaimana bentuk kebehagiaan rohani yang dapat dirasakan oleh kaum atheis
Kaum atheis tidak memiliki kebahagiaan rohani, mereka hanya memiliki kebahagiaan duniawi karena mereka tidak memiliki arah dan tujuan mereka diciptakan dan tidak memiliki pedoman hidup.
16600008
Fitri Fakatania
Sebutkan dampak positif dan negative apabila pembelajaran hanya dibebankan kepada pihak sekolah saja
Dampak positifnya dapat dilihat dari sisi orang tuanya, orang tua akan merasa tidak terbebani oleh kewajiban untuk mengajarkan pembelajaran kepada anak mereka. Sisi negatifenya dapat dilihat dari segi pemerintah, pemerintah akan kewalahan karena pembelajaran hanya dibebankan kepda apemerintah saja, seperti kata pepatah, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, maka pemerintah, orang tua ataupun masyarakat harus bekerja sama mengajarkan pembelajaran kepada anak agar tumbuh menjadi pribadi yang berguna bagi bangsanya.

1

1 komentar: