Minggu, 30 Oktober 2016

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN : LANDASAN PENDIDIKAN



PEMBAHASAN
  1. LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik-sistemik selalu bertumpu pada sejumla landasan. Landasan tersebut sangat penting karena pendidikan merupakan pilar utama dalam pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa.
Landasan – landasan pendidikan tersebut, antara lain:
  1. Landasan Agama (Religius)
Landasan agama merupakan landasan yang paling mendasar dari landasan-landasan pendidikan, sebab landasan agama merupakan landasan yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Al-Quran dan Al Hadist dijelaskan bahwa pendidikan memiliki kehidupan yang sangat mulia. Terdapat banyak ayat Al-Quran yang memiliki makna tentang pendidikan. Seperti pada Surat Al-Alaq ayat 1-5, demikian pula pada Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 11. Allah berfirman : “Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kami dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.”
Pada landasan agama terdapat pula tuntunan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana pada Hadis Nabi Muhammad SAW, artinya: “barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya (dunia dan akhirat),maka dengan ilmu”.

  1. Landasan Filosofi
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Terdapat sejumlah filsafat pendidikan yang dianggap oleh bangsa-bangsa dunia. Namun demikian semua filsafat pendidikan itu sebagai dasar pengembangan manusia melalui pendidikan atau belajar.
Peranan filsafat dalam bidang pendidikan berkaitan dengan kajian-kajian:
  1. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk zoon politicon, homo sapiens, animals educandum, animals symbolicum, homo laquen, homo religious. (Baca Dimyati, 2001 & Tirta Rahardja & La Sula, 2000 ; Van Peursen, 2001)
  2. Masyarakat dan kebudayaannya.
  3. Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup.
  4. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan.
Filsafat pendidikan secara esensial menggunakan cara kerja dan hasil-hasil pemikiran filsafat umum, khususnya berkaitan dengan hakikat manusia, pendidikan, realitas, pengetahuan dan nilai. Berikut ini disajikan beberapa pemikiran filosofis yang menjadi dasar pengembangan teori dan praktik kependidikan.
  1. Perenialis
Filsafat pendidikan perenialisme bertitik tolak pada kebenaran wahyu Tuhan tentang bagaimana cara menundukan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar menggunakan kurikulum dan dengan metode tradisional. Ajaran agama itulah merupakan suatu kebenaran yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh filsafat ini adalah Agustinus dan Thomas Aquinok.
  1. Esensialis
Bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti brabad-abad lamanya. Kebenran itulah yang esensial dari kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku klasik dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book. Tekanan pendidikannya pada pembentukan intelektual dan logika. Pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif. Pengajaran terpusat pada guru. Proses belajar mengajar sama dengan parenialis. Tokoh aliran ini antara lain Brameld.



  1. Progresifis
Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan yang nyata. Ukuran kebenaran dan tujuan itu bersifat relative, ialah yang berguna bagi kehidupan manusia. Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulumnya adalah kehidupan itu sendiri artinya kurikulum tidak dibatasi pada hal-halyang bersifat akademik saja. Tokoh filsafat ini adalah John Dewey.

  1. Rekontruksional
Merupakan variasi dari progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Aliran ini berupaya merombak susunan masyarakat lama dan membangun susunan hidup yang baru, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran progresivis.

  1. Eksistansialisme
Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kehidupan manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar tidak langsung.

  1. Landasan Hukum (Yuridis)
Tiap-tiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Negara Indonesia memiliki berbagai peraturan perundang-undangan yang bertingkat, mulai dari UUD 1945, UU, peraturan pemerintah, ketetapan sampai dengan surat keputusan.
Landasan hukum pendidikan Indonesia tertuang dalam UUD 1945 yakni pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Pasal 31 ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan UU. Inti terdapat pula pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
  1. Landasan Psikologi
Psikologi merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, peserta didik, harus dipandang sebagai subjek pendidikan yang akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan pertumbuhan mereka. Pada umumnya landasan psikologi pendidikan tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tenttang proses perkembangan dan proses belajar.
  1. Landasan Sejarah (History)
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian dalam alam ini, termasuk sejarah tentang perkembangan pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.
  1. Sejarah Pendidikan Dunia (dari Diktat Pribadi)
Pada zaman Realisme, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan di dunia pula. Francis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman Realisme ini (abad ke-17) yang pertama mengembangkan metode deduktif, yaitu bertitik tolak dari ketentuan umum yang tertulis dalam buku kebudayaan klasik menuju ke gejala-gejala yang ada di alam ini. Aliran Realis memiliki pandangan tentang pendidikan sebagai berikut
  1. Anak-anak harus belajar dari alam
  2. Mementingkan aktivitas anak
  3. Mengutamakan pengertian
  4. Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting
  5. Belajar dibantu oleh gambar-gambar
  6. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
  7. Pendidikan bersifat demokratis yaitu untuk semua anak
Sesudah zaman Realisme berkembanglah paham Rasionalisme dengan tokohnya John Locke abad ke-18. Bertujuan untuk memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Proses belajar menurut John Locke :
  1. Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia
  2. Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
  3. Berpikir, yaitu mengolah bahan-bahan yang telah diperoleh tadi, ditimbang-timbang untuk diri sendiri.
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19, aliran ini disebut juga gerakan psikologi dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini ialah Pestalozzi, Johann Fredrich Hebart, Fredrich Wilhem Frobel di Jerman, dan Stanley Hall di Amerika Serikat.
Kemudian diikuti oleh zaman Nasionalisme pada abad ke-19, paham ini muncul sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dan imperialis. Tokoh-tokohnya antara lain La Chalotias di Prancis, Fichte di Jerman, dan Jefferson di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan Negara.
Ahli pendidik yang terkenal pada abad ke-20 adalah Maria Montessori, Ovide Decroly, dan Hellen Parkhurst. Pandangan ketiga tokoh tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Pendidikan bersifat individual mengikuti masa peka anak masing-masing dengan berbagai alat peraga
  2. Metode global dalam membaca dan menulis
  3. Pelajaran bersumber dari pusat-pusat minat di sekitar kehidupan manusia
  4. Pelajaran dalam bentuk tugas-tugas sebagai cikal bakal pelajaran modul.
  1. Sejarah pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Indonesia berdiri. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh Hindu-Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan zaman penjajahan, sampai dengan pendidikan zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidik, yakni Mohammad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai haji Ahmad Dahlan (TIMMKDK, 1990)
Mohammad Syafei mendirikan INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera barat 1926. Tujuan pendidikan iNS adalah :
  1. Mendidik anak-anak kearah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri.
  2. Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab.
  3. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri
  4. Menegmbangkan anak secara harmonis, mencakup aspek perasaan, kecerdasan, dan keterampilan
  5. Mengembangkan sikap sosial
  6. Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan
Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Asas Taman Siswa dirumuskan tahun 1922, yang merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Asas-asas itu adalah:
  1. Kemerdekaan individu untuk mengatur diri sendiri.
  2. Kemerdekaan dalam berpikir
  3. Kebudayaan sendiri
  4. Kerakyatan
  5. Hidup mandiri
  6. Hidup sederhana
  7. Mengabdi kepada anak
Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Islam di Yogyakarta pada tahun 1912. Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepadadiri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta negara.
Lima butir yang dijadikan dasar pendidikan:
  1. Perubahan cara berpikir
Pemikiran baru untuk mengubah cara berpikir dan bertindak dari kebiasaan lama yang kurang tepat.
  1. Kemasyarakatan
Tidak hanya mengembangkan aspek individu saja melainkan juga aspek kemasyarakatan
  1. Aktivitas
Harus menggunakan aktivitas sendiri untuk memperoleh pengetahuan.
  1. Kreativitas
Keterampilan dan kiat guna menghadapi situasi baru.
  1. Optimisme
Keyakinan bahwa melalui pendidikan, citi-cita akan tercapai dengan semangat dan berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan.
  1. Masa Perjuangan Bangsa
Para pemimpin bangsa mulai belajar dari sejarah bahwa perjuangan yang sifatnya kedaerahan tidak banyak memberi manfaat bagi bangsa secara keseluruhan. Karena itulah Budi Utomo mulai menggalang persatuan bangsa. Budi Utomo dirintis oleh Wahidin, seorang bangsa Indonesia yang sempat mndapatkan pendidikan di perguruan tinggi waktu itu.
Pada zaman penjajahan Belanda tidak menguntungkan bangsa Indonesia. Pada waktu itu terjadi dualisme dalam pemdidikan:
  1. Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Lengkap mulai dari SD sampai SMA dan lulusannya dapat hak untuk meneruskan ke Eropa.
  2. System pendidikan untuk anak-anak orang Indonesia. Sebagian besar SD 3 tahun, dan beberapa SD 5 tahun. Dan lulusannya dimanfaatkan untuk menjadi pegawai-pegawai pemerintah jajahan yang dibayar murah.
Berkat perjuangan bangsa Indonesia yang gigih kemudian muncul politik etis, jumlah lembaga pendidikan diperbanyak dan jenjangnya ditingkatkan serta lebih beragam. Sampai perguruan tinggipun didirikan yaitu kedokteran dan hukum.
Perjuangan kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Kelihatan bahwa persatuan bangsa Indonesia semakin kuat,karena merasa diikat oleh negara, bangsa, dan bahasa yang satu yaitu Indonesia.
  1. Masa Pembangunan
Alisyahbana (1990) mengemukakan ada tiga macam pesimisme di kalangan para ahli pendidikan. Yang dimaksud adalah:
  1. Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
  2. Orang Indonesia memiliki budaya begitu lamban melakukan transformasi sosial
  3. Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan memperjungkan konsep yang bertalian dengan pendidikan nasional
Buchori (1990) mengemukakan beberapa kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Yang dimaksud adalah:
  1. Kesenjangan okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik dengan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam dunia pekerjaan.
  2. Kesenjangan akademik, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang diterima di sekolah acapkali tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Kesenjangan kultural, yaitu karena masih banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan klasik dan humaniora, padahal kultur modern bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi.
  4. Kesenjangan temporal, yaitu kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia sekarang.
Tugas pendidikan sebagian untuk membentuk mental dan moral serta sebagian untuk membentuk pengetahuan dan keterampilan. Sebagian dampak dari hasil pembangunan yang tidak seimbang antara lain:
  1. Munculnya kenakalan dan perkelahian anak-anak muda disana-sini.
  2. Maraknya kolusi di berbagai kalangan, seperti ditulis oleh Baharudin Lopa (1996)
  3. Tingginya tingkat korupsi menurut laporan Fortune tentang korupsi di Asia dan survey internasional TIN (Jawa Post 14-8-1995 dan 10-2-1996)
Segi-segi keberhasilan pembangunan yang menonjol:
  1. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan pesat.
  2. Persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali.
  3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat tinggi sampai mencapai 7%
Jika dalam perjuangan fisik hanya menghadapi satu musuh yaitu orang yang mau menjajah, maka dalam perjuangan mengisi kemerdekaan menghadapi berbagai halangan yang harus dikalahkan, yaitu:
  1. Nafsu ingin kaya
  2. Nafsu ingin berkuasa
  3. Nafsu memenangkan kelompok sendiri
  4. Nafsu mengutamakan anggota keluarga
  1. Masa Reformasi
Begitu orde baru jatuh pada tahun 1998, tampak masyarakat seolah-olah meledak kegirangan karena merasa belenggu yang mengikat mereka sudah hilang. Mereka menyerukan reformasi untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik. Seolah-olh bangsa ini melakukan inovasi tanpa program yang jelas.
Reformasi pada awal ini lebih banyak bersifat mengejar kebebasan. Demonstrasi-demonstrasi sering terjadi untuk menuntut keadilan, hak, dan pembelaan diri. Brikut kelemahan-kelemahan masa reformassi sampai waktu ini adalah:
  1. Ekonomi bertambah terpuruk, walaupun pemerintah tetap memprioritaskan pembangunan, ini dipicu oleh kenaikan BBM.
  2. Korupsi masih banyak terjadi walaupun pemerintah berusah keras untuk memberantasnya.
  3. Hokum belum benar-benar dapat ditegakkan.
  4. Kekacauan tampak meluas, teruatam dikota-kota besar.
  5. Terorisme dan narkoba belum bias dibersihkan.
Namun masa Reformasi ini banyak juga memiliki aspek positif, yakni:
  1. System desentralisasi pemerintahan dan pendidikan mulai dibangun.
  2. Nilai-nilai keagamaan tetap terjunjung tinggi.
  3. Demokrasi pada banyak sector mulai menampakkan diri.
  4. Pemberontakan-pemberontakan di daerah berangsur-angsur dapat diatasi.
  5. Pemilihan langsung oleh rakyat mulai dan dapat terlaksana.
  1. Landasan Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Unsur sosial merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Dan di samping itu aspek sosial juga sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya.
Sama hal nya dengan aspek budaya, aspek ini sangat berperan dalam pendidikan. Bahkan tidak pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya.
Bahasan landasan sosial budaya dalam pendidikan ini yaitu:
  1. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Empiris, ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Yakni bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
  2. Teoretis, peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bias disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan.
  3. Komulatif , akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi terjadinya perubahan di masyarakat.
  4. Nonetis, menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu di dalamnya.
  1. Kebudayaan dan Pendidikan
Menurut Kneller, kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan anggota-anggota masyarakat.(Imran Manan, 1989).
Kebudayaan dapat dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu:
  1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
  2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa Barat
  3. Kebudayaan popular
Suatu kebudayaan yang masa berlakunya pada umumnya lebih pendek daripada dua kebudayaan lainnya. Misalnya lagu popular, mode-mode pakaian dll.
Dari ketiga kebudayaan tersebut, semua pantas diajarkan di dunia pendidikan asal sesuai dengan porsinya. Yang jelas kebudayaan umum harus diajarkanpada semua sekolah. Sementara itu kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal. Dan kebudayaan populer dapat juga diajarkan dengan poporsi yang kecil.
  1. Masyarakat dan Sekolah
Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya orang tua tidak mampu mendidik anak secara sempurna dan lengkap. Namun, ada beberapa masyarakat yang merasa tidak puas akan lembaga pendidikan sehingga menimbulkan ide-ide baru tentang pendidikan seperti sekolah bebas dan sekolah alternatif.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Antara lembaga pendidikan dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun hak mereka.
  1. Masyakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Mereka berasumsi bahwa makin tinggi ijazah makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima. Sementara itu lulusan sekolah maupun perguruan tinggi hampir seluruhnya ditentukan oleh prestasi dalam aspek kognisi. Dengan demikian tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia seutuhnya belum tercapai.
Jadi, berdasarkan kasus di atas para remaja dan orang-orang diharapkan tidak ada yang belajar sekadar mencari ijazah melainkan belajar untuk pandai dan berkepribadian baik.
  1. Landasan Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut:
  1. Empiris
Empiris adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
  1. Teoretis
Teoretis adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk buadaya yang disimpan dalam waktu lama dan diwariskan kepada generasi muda.
  1. Komulatif
Komulatif sebagai akibat dari penciptaan secara terus menerussebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori tersebut berubah menjadi teori yang lebih baik.
  1. Nonetis
Nonetis menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya, tidak menilai bahwa hal ini buruk maupun baik.
  1. Landasan Ekonomi
Manusia pada umumnya tidak bisa bebas dari kebutuhan akan ekonomi. Sebab kebutuhan dasar manusia membutuhkan ekonomi. Dengan demikian pembahasan tentang ekonomi menyangkut untuk semua orang, termasuk orang dan dunia pendidikan yang ditekuninya.
Landasan Ekonomi merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah ekonomi yang dijadikan titik tolak atau acuan dalam pendidikan (Syaripudin, 2012). Jadi dapat disimpulkan, landasan ekonomi merupakan asumsi yang bersumber dari kaidah ekonomi yang di jadikan acuan dalam dunia pendidikan.
Peranan ekonomi sendiri di dalam dunia pendidikan cukup menentukan, tetapi bukan pemegang peran utama. Contohnya perkembangan ekonomi makro. Implikasi dari keberhasilan pembangunan makro adalah munculnya sejumlah sekolah unggul. Yang didirikan oleh orang-orang kaya atau konglomerat. Sekolah-sekolah unggul ini bias diterima oleh negara maupun masyarakat, selama mengikuti atau tunduk pada undang-undang atau aturan pemerintah tentang pendidikan dan tidak menanamkan kebudayaan asing yang tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia.
Jadi, intinya tujuan pendidikan ini adalah untuk membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Persekolahan di Indonesia sebagian besar masih lemah ekonominya. Memang hamper semuanya sudah mempunyai gedung, walaupun tidak megah tetapi perlengkapan belajarnya masih minim. Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam bidang pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut :
  1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama para siswa.
  2. Membiayai segala perlengkapan gedung
  3. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan
  4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana
  5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.
  6. Meningkatkan motivasi kerja.
  7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja

  1. ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir baik pada tahap perancangan maupun pelaksaan pendidikan. Asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Tirta Raharja, 2005). Adapun asas-asas pendidikan tersebut, antara lain:
  1. Asas Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sistem tameng dan perguruan. Asas atau semboyan tersebut disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dan mendapat tanggapan positif dari Drs.R.M.P Sastro Kartono dengan menambahkan 2 semboyan yakni Ing ngarso sung tuladha dan Ing madyo mangun karsa. Ketiga semboyan tersebut telah menjadi satu kesatuan asas yakni :
  1. Ing Ngarso Sung Tuladha
Yakni jika didepan, menjadi contoh.
  1. Ing Madya Mangun Karsa
Yakni jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi.
  1. Tut Wuri Handayani
Yakni jika dibelakang, mengikuti dengan awas.
Asas Tuwuri Handayani merupakan konseptualisasi konsep tujuh asas perguruan nasional taman siswa yang lahir pada tgl 3 Juli 1922 yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Tujuh asas tersebut secara singkat disebut “Asas 1922”.
  1. Asas Belajar Sepanjang Hayat
UNESCO menetapkan definisi kerja pendidikan seumur hidup sebagai konsep bahwa pendidikan harus menetapkan beberapa hal sebagai berikut:
  1. Meliputi seluruh hidup setiap individu
  2. Mengarah pada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
  3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
  4. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
  5. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi.
  6. Pendidikan seumur hidup berkaitan erat dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dg makna yang sama dengan belajar sepanjang hayat. Penekanan istilah pelajar adalah perubahan perilaku yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedangkan istilah pendidikan menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalam tersebut lebih efisien dan efektif (Tirta Rahaja, 2005).
Dalam asas pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah mengemban dua misi yakni: memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efisien dan efektif dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang dapat mrndukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasi dengan memperhatikan dua dimensi sebagai berikut:
  1. Dimensi Vertikal
Yang meliputi keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan ajar dengan masa depan dan pengintegrasian masalah kehidupan nyata kedalam kurikulum.
  1. Dimensi Horison
Yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah, yaitu kurikulum sekolah merefleksikan kehidupan di luar sekolah.


  1. Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas Tut Wuri Handayani maupun Belajar Sepanjang Hayat secara langsung berkaitan dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan peserta didik untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar. Pengembangan kemandirian dalam belajar seyogyanya dimulai dalam kegiatan intra kurikuler selanjutnya dalam kegiatan kokulikuler dan ekstra kulikuler dalam bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar