- LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai
usaha sadar yang sistematik-sistemik selalu bertumpu pada sejumla
landasan. Landasan tersebut sangat penting karena pendidikan
merupakan pilar utama dalam pengembangan manusia dan masyarakat suatu
bangsa.
Landasan –
landasan pendidikan tersebut, antara lain:
- Landasan Agama (Religius)
Landasan agama
merupakan landasan yang paling mendasar dari landasan-landasan
pendidikan, sebab landasan agama merupakan landasan yang diciptakan
oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Al-Quran dan
Al Hadist dijelaskan bahwa pendidikan memiliki kehidupan yang sangat
mulia. Terdapat banyak ayat Al-Quran yang memiliki makna tentang
pendidikan. Seperti pada Surat Al-Alaq ayat 1-5, demikian pula pada
Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 11. Allah berfirman : “Allah
mengangkat orang-orang yang beriman diantara kami dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.”
Pada landasan agama
terdapat pula tuntunan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia
maupun di akhirat, sebagaimana pada Hadis Nabi Muhammad SAW, artinya:
“barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan
barang siapa menginginkan kebahagiaan akhirat, maka dengan ilmu. Dan
barang siapa menginginkan keduanya (dunia dan akhirat),maka dengan
ilmu”.
- Landasan Filosofi
Filsafat pendidikan
adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Terdapat sejumlah
filsafat pendidikan yang dianggap oleh bangsa-bangsa dunia. Namun
demikian semua filsafat pendidikan itu sebagai dasar pengembangan
manusia melalui pendidikan atau belajar.
Peranan filsafat
dalam bidang pendidikan berkaitan dengan kajian-kajian:
- Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk zoon politicon, homo sapiens, animals educandum, animals symbolicum, homo laquen, homo religious. (Baca Dimyati, 2001 & Tirta Rahardja & La Sula, 2000 ; Van Peursen, 2001)
- Masyarakat dan kebudayaannya.
- Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup.
- Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan.
Filsafat pendidikan
secara esensial menggunakan cara kerja dan hasil-hasil pemikiran
filsafat umum, khususnya berkaitan dengan hakikat manusia,
pendidikan, realitas, pengetahuan dan nilai. Berikut ini disajikan
beberapa pemikiran filosofis yang menjadi dasar pengembangan teori
dan praktik kependidikan.
- Perenialis
Filsafat
pendidikan perenialisme bertitik tolak pada kebenaran wahyu Tuhan
tentang bagaimana cara menundukan kebenaran itu pada diri peserta
didik dalam proses belajar mengajar menggunakan kurikulum dan dengan
metode tradisional. Ajaran agama itulah merupakan suatu kebenaran
yang patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tokoh filsafat ini adalah Agustinus dan Thomas Aquinok.
- Esensialis
Bertitik
tolak dari kebenaran yang telah terbukti brabad-abad lamanya.
Kebenran itulah yang esensial dari kebudayaan klasik yang muncul pada
zaman Romawi yang menggunakan buku klasik dengan bahasa latin dikenal
dengan nama Great Book. Tekanan pendidikannya pada pembentukan
intelektual dan logika. Pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan
materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif.
Pengajaran terpusat pada guru. Proses belajar mengajar sama dengan
parenialis. Tokoh aliran ini antara lain Brameld.
- Progresifis
Progresivisme
mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah,
dan perbuatan yang nyata. Ukuran kebenaran dan tujuan itu bersifat
relative, ialah yang berguna bagi kehidupan manusia. Sebagai
konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam
pendidikan adalah metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan
oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulumnya adalah kehidupan itu sendiri
artinya kurikulum tidak dibatasi pada hal-halyang bersifat akademik
saja. Tokoh filsafat ini adalah John Dewey.
- Rekontruksional
Merupakan
variasi dari progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada
umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Aliran ini berupaya
merombak susunan masyarakat lama dan membangun susunan hidup yang
baru, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan
segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda
dengan aliran progresivis.
- Eksistansialisme
Pendidikan
menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu.
Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam
kehidupan manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai
dengan perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis
dengan teknik mengajar tidak langsung.
- Landasan Hukum (Yuridis)
Tiap-tiap Negara
memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Negara Indonesia
memiliki berbagai peraturan perundang-undangan yang bertingkat, mulai
dari UUD 1945, UU, peraturan pemerintah, ketetapan sampai dengan
surat keputusan.
Landasan hukum
pendidikan Indonesia tertuang dalam UUD 1945 yakni pada pasal 31 ayat
1 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan
pengajaran. Pasal 31 ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan UU. Inti terdapat pula pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.
- Landasan Psikologi
Psikologi merupakan
ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa
atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang
berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Pendidikan selalu
melibatkan aspek kejiwaan, sehingga landasan psikologis merupakan
salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Landasan
psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta
didik, peserta didik, harus dipandang sebagai subjek pendidikan yang
akan berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan
pertumbuhan mereka. Pada umumnya landasan psikologi pendidikan
tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tenttang proses
perkembangan dan proses belajar.
- Landasan Sejarah (History)
Sejarah
adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian yang dapat
didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala
kejadian dalam alam ini, termasuk sejarah tentang perkembangan
pendidikan.
Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan
pendidikan suatu bangsa.
- Sejarah Pendidikan Dunia (dari Diktat Pribadi)
Pada zaman Realisme,
pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan
di dunia pula. Francis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman
Realisme ini (abad ke-17) yang pertama mengembangkan metode deduktif,
yaitu bertitik tolak dari ketentuan umum yang tertulis dalam buku
kebudayaan klasik menuju ke gejala-gejala yang ada di alam ini.
Aliran Realis memiliki pandangan tentang pendidikan sebagai berikut
- Anak-anak harus belajar dari alam
- Mementingkan aktivitas anak
- Mengutamakan pengertian
- Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting
- Belajar dibantu oleh gambar-gambar
- Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
- Pendidikan bersifat demokratis yaitu untuk semua anak
Sesudah zaman
Realisme berkembanglah paham Rasionalisme dengan tokohnya John Locke
abad ke-18. Bertujuan untuk memberikan kekuasaan bagi manusia untuk
berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Proses belajar menurut
John Locke :
- Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia
- Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
- Berpikir, yaitu mengolah bahan-bahan yang telah diperoleh tadi, ditimbang-timbang untuk diri sendiri.
Zaman
Developmentalisme berkembang pada abad ke-19, aliran ini disebut juga
gerakan psikologi dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini ialah
Pestalozzi, Johann Fredrich Hebart, Fredrich Wilhem Frobel di Jerman,
dan Stanley Hall di Amerika Serikat.
Kemudian diikuti
oleh zaman Nasionalisme pada abad ke-19, paham ini muncul sebagai
upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dan
imperialis. Tokoh-tokohnya antara lain La Chalotias di Prancis,
Fichte di Jerman, dan Jefferson di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan
mereka adalah untuk menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan
Negara.
Ahli pendidik yang
terkenal pada abad ke-20 adalah Maria Montessori, Ovide Decroly, dan
Hellen Parkhurst. Pandangan ketiga tokoh tersebut adalah sebagai
berikut:
- Pendidikan bersifat individual mengikuti masa peka anak masing-masing dengan berbagai alat peraga
- Metode global dalam membaca dan menulis
- Pelajaran bersumber dari pusat-pusat minat di sekitar kehidupan manusia
- Pelajaran dalam bentuk tugas-tugas sebagai cikal bakal pelajaran modul.
- Sejarah pendidikan Indonesia
Pendidikan di
Indonesia sudah ada sebelum Indonesia berdiri. Pendidikan itu telah
ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh
Hindu-Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan zaman penjajahan,
sampai dengan pendidikan zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa
Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidik,
yakni Mohammad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai haji Ahmad Dahlan
(TIMMKDK, 1990)
Mohammad Syafei
mendirikan INS atau Indonesisch
Nederlandse School di
Sumatera barat 1926. Tujuan pendidikan iNS adalah :
- Mendidik anak-anak kearah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri.
- Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan membiasakan berani bertanggung jawab.
- Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri
- Menegmbangkan anak secara harmonis, mencakup aspek perasaan, kecerdasan, dan keterampilan
- Mengembangkan sikap sosial
- Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan
Ki Hajar Dewantara
mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Asas Taman Siswa dirumuskan
tahun 1922, yang merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah
Belanda pada waktu itu. Asas-asas itu adalah:
- Kemerdekaan individu untuk mengatur diri sendiri.
- Kemerdekaan dalam berpikir
- Kebudayaan sendiri
- Kerakyatan
- Hidup mandiri
- Hidup sederhana
- Mengabdi kepada anak
Tokoh ketiga adalah
Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Islam di Yogyakarta pada
tahun 1912. Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan
orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepadadiri
sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta negara.
Lima butir yang
dijadikan dasar pendidikan:
- Perubahan cara berpikir
Pemikiran baru untuk
mengubah cara berpikir dan bertindak dari kebiasaan lama yang kurang
tepat.
- Kemasyarakatan
Tidak hanya
mengembangkan aspek individu saja melainkan juga aspek kemasyarakatan
- Aktivitas
Harus menggunakan
aktivitas sendiri untuk memperoleh pengetahuan.
- Kreativitas
Keterampilan dan
kiat guna menghadapi situasi baru.
- Optimisme
Keyakinan bahwa
melalui pendidikan, citi-cita akan tercapai dengan semangat dan
berdedikasi mengerjakannya sesuai dengan yang digariskan oleh Tuhan.
- Masa Perjuangan Bangsa
Para pemimpin bangsa
mulai belajar dari sejarah bahwa perjuangan yang sifatnya kedaerahan
tidak banyak memberi manfaat bagi bangsa secara keseluruhan. Karena
itulah Budi Utomo mulai menggalang persatuan bangsa. Budi Utomo
dirintis oleh Wahidin, seorang bangsa Indonesia yang sempat
mndapatkan pendidikan di perguruan tinggi waktu itu.
Pada zaman
penjajahan Belanda tidak menguntungkan bangsa Indonesia. Pada waktu
itu terjadi dualisme dalam pemdidikan:
- Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Lengkap mulai dari SD sampai SMA dan lulusannya dapat hak untuk meneruskan ke Eropa.
- System pendidikan untuk anak-anak orang Indonesia. Sebagian besar SD 3 tahun, dan beberapa SD 5 tahun. Dan lulusannya dimanfaatkan untuk menjadi pegawai-pegawai pemerintah jajahan yang dibayar murah.
Berkat perjuangan
bangsa Indonesia yang gigih kemudian muncul politik etis, jumlah
lembaga pendidikan diperbanyak dan jenjangnya ditingkatkan serta
lebih beragam. Sampai perguruan tinggipun didirikan yaitu kedokteran
dan hukum.
Perjuangan
kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya Sumpah Pemuda pada
tahun 1928. Kelihatan bahwa persatuan bangsa Indonesia semakin
kuat,karena merasa diikat oleh negara, bangsa, dan bahasa yang satu
yaitu Indonesia.
- Masa Pembangunan
Alisyahbana (1990)
mengemukakan ada tiga macam pesimisme di kalangan para ahli
pendidikan. Yang dimaksud adalah:
- Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
- Orang Indonesia memiliki budaya begitu lamban melakukan transformasi sosial
- Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan memperjungkan konsep yang bertalian dengan pendidikan nasional
Buchori (1990)
mengemukakan beberapa kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Yang dimaksud adalah:
- Kesenjangan okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik dengan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam dunia pekerjaan.
- Kesenjangan akademik, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang diterima di sekolah acapkali tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
- Kesenjangan kultural, yaitu karena masih banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan klasik dan humaniora, padahal kultur modern bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi.
- Kesenjangan temporal, yaitu kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia sekarang.
Tugas pendidikan
sebagian untuk membentuk mental dan moral serta sebagian untuk
membentuk pengetahuan dan keterampilan. Sebagian dampak dari hasil
pembangunan yang tidak seimbang antara lain:
- Munculnya kenakalan dan perkelahian anak-anak muda disana-sini.
- Maraknya kolusi di berbagai kalangan, seperti ditulis oleh Baharudin Lopa (1996)
- Tingginya tingkat korupsi menurut laporan Fortune tentang korupsi di Asia dan survey internasional TIN (Jawa Post 14-8-1995 dan 10-2-1996)
Segi-segi
keberhasilan pembangunan yang menonjol:
- Kesadaran masyarakat tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan pesat.
- Persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali.
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat tinggi sampai mencapai 7%
Jika dalam
perjuangan fisik hanya menghadapi satu musuh yaitu orang yang mau
menjajah, maka dalam perjuangan mengisi kemerdekaan menghadapi
berbagai halangan yang harus dikalahkan, yaitu:
- Nafsu ingin kaya
- Nafsu ingin berkuasa
- Nafsu memenangkan kelompok sendiri
- Nafsu mengutamakan anggota keluarga
- Masa Reformasi
Begitu orde baru
jatuh pada tahun 1998, tampak masyarakat seolah-olah meledak
kegirangan karena merasa belenggu yang mengikat mereka sudah hilang.
Mereka menyerukan reformasi untuk mengubah keadaan menjadi lebih
baik. Seolah-olh bangsa ini melakukan inovasi tanpa program yang
jelas.
Reformasi pada awal
ini lebih banyak bersifat mengejar kebebasan. Demonstrasi-demonstrasi
sering terjadi untuk menuntut keadilan, hak, dan pembelaan diri.
Brikut kelemahan-kelemahan masa reformassi sampai waktu ini adalah:
- Ekonomi bertambah terpuruk, walaupun pemerintah tetap memprioritaskan pembangunan, ini dipicu oleh kenaikan BBM.
- Korupsi masih banyak terjadi walaupun pemerintah berusah keras untuk memberantasnya.
- Hokum belum benar-benar dapat ditegakkan.
- Kekacauan tampak meluas, teruatam dikota-kota besar.
- Terorisme dan narkoba belum bias dibersihkan.
Namun masa Reformasi
ini banyak juga memiliki aspek positif, yakni:
- System desentralisasi pemerintahan dan pendidikan mulai dibangun.
- Nilai-nilai keagamaan tetap terjunjung tinggi.
- Demokrasi pada banyak sector mulai menampakkan diri.
- Pemberontakan-pemberontakan di daerah berangsur-angsur dapat diatasi.
- Pemilihan langsung oleh rakyat mulai dan dapat terlaksana.
- Landasan Sosial Budaya
Sosial budaya
merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
Unsur sosial
merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada
sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial perlu dikembangkan
melalui proses pendidikan. Dan di samping itu aspek sosial juga
sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan
dirinya.
Sama hal nya dengan
aspek budaya, aspek ini sangat berperan dalam pendidikan. Bahkan
tidak pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya.
Bahasan landasan
sosial budaya dalam pendidikan ini yaitu:
- Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya.
Sosiologi mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
- Empiris, ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Yakni bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
- Teoretis, peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bias disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan.
- Komulatif , akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi terjadinya perubahan di masyarakat.
- Nonetis, menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu di dalamnya.
- Kebudayaan dan Pendidikan
Menurut Kneller,
kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan anggota-anggota
masyarakat.(Imran Manan, 1989).
Kebudayaan dapat
dikelompokan menjadi 3 macam, yaitu:
- Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
- Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa Barat
- Kebudayaan popular
Suatu kebudayaan
yang masa berlakunya pada umumnya lebih pendek daripada dua
kebudayaan lainnya. Misalnya lagu popular, mode-mode pakaian dll.
Dari ketiga
kebudayaan tersebut, semua pantas diajarkan di dunia pendidikan asal
sesuai dengan porsinya. Yang jelas kebudayaan umum harus
diajarkanpada semua sekolah. Sementara itu kebudayaan daerah dapat
dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal. Dan kebudayaan populer dapat
juga diajarkan dengan poporsi yang kecil.
- Masyarakat dan Sekolah
Asal mula munculnya
sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya
orang tua tidak mampu mendidik anak secara sempurna dan lengkap.
Namun, ada beberapa masyarakat yang merasa tidak puas akan lembaga
pendidikan sehingga menimbulkan ide-ide baru tentang pendidikan
seperti sekolah bebas dan sekolah alternatif.
Dari uraian di atas
dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan
masyarakat itu sendiri. Antara lembaga pendidikan dan masyarakat
memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan bagi kedua
belah pihak. Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah meningkatkan
peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan
kewajiban maupun hak mereka.
- Masyakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar
masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Mereka
berasumsi bahwa makin tinggi ijazah makin cepat dapat pekerjaan serta
makin besar gaji yang diterima. Sementara itu lulusan sekolah maupun
perguruan tinggi hampir seluruhnya ditentukan oleh prestasi dalam
aspek kognisi. Dengan demikian tujuan pendidikan nasional untuk
membentuk manusia seutuhnya belum tercapai.
Jadi, berdasarkan
kasus di atas para remaja dan orang-orang diharapkan tidak ada yang
belajar sekadar mencari ijazah melainkan belajar untuk pandai dan
berkepribadian baik.
- Landasan Sosiologi
Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya.
Sosiologi mempunyai
ciri-ciri sebagai uraian berikut:
- Empiris
Empiris adalah ciri
utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari
kenyataan yang terjadi di lapangan.
- Teoretis
Teoretis adalah
peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk
buadaya yang disimpan dalam waktu lama dan diwariskan kepada generasi
muda.
- Komulatif
Komulatif sebagai
akibat dari penciptaan secara terus menerussebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori tersebut
berubah menjadi teori yang lebih baik.
- Nonetis
Nonetis menceritakan
apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya,
tidak menilai bahwa hal ini buruk maupun baik.
- Landasan Ekonomi
Manusia
pada umumnya tidak bisa bebas dari kebutuhan akan ekonomi. Sebab
kebutuhan dasar manusia membutuhkan ekonomi. Dengan demikian
pembahasan tentang ekonomi menyangkut untuk semua orang, termasuk
orang dan dunia pendidikan yang ditekuninya.
Landasan
Ekonomi merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah
ekonomi yang dijadikan titik tolak atau acuan dalam pendidikan
(Syaripudin, 2012). Jadi dapat disimpulkan, landasan ekonomi
merupakan asumsi yang bersumber dari kaidah ekonomi yang di jadikan
acuan dalam dunia pendidikan.
Peranan
ekonomi sendiri di dalam dunia pendidikan cukup menentukan, tetapi
bukan pemegang peran utama. Contohnya perkembangan ekonomi makro.
Implikasi dari keberhasilan pembangunan makro adalah munculnya
sejumlah sekolah unggul. Yang didirikan oleh orang-orang kaya atau
konglomerat. Sekolah-sekolah unggul ini bias diterima oleh negara
maupun masyarakat, selama mengikuti atau tunduk pada undang-undang
atau aturan pemerintah tentang pendidikan dan tidak menanamkan
kebudayaan asing yang tidak cocok dengan kebudayaan Indonesia.
Jadi,
intinya tujuan pendidikan ini adalah untuk membentuk mental yang
positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang
sempurna. Persekolahan di Indonesia sebagian besar masih lemah
ekonominya. Memang hamper semuanya sudah mempunyai gedung, walaupun
tidak megah tetapi perlengkapan belajarnya masih minim. Dengan
demikian kegunaan ekonomi dalam bidang pendidikan terbatas dalam
hal-hal berikut :
- Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama para siswa.
- Membiayai segala perlengkapan gedung
- Membayar jasa segala kegiatan pendidikan
- Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana
- Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan.
- Meningkatkan motivasi kerja.
- Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja
- ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Asas
pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir baik pada tahap perancangan maupun pelaksaan pendidikan.
Asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan di
dunia maupun pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya
pendidikan di Indonesia (Tirta Raharja, 2005). Adapun asas-asas
pendidikan tersebut, antara lain:
- Asas Tut Wuri Handayani
Tut
Wuri Handayani merupakan inti dari sistem tameng dan perguruan. Asas
atau semboyan tersebut disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dan
mendapat tanggapan positif dari Drs.R.M.P Sastro Kartono dengan
menambahkan 2 semboyan yakni Ing
ngarso sung tuladha
dan Ing
madyo mangun karsa. Ketiga
semboyan tersebut telah menjadi satu kesatuan asas yakni :
- Ing Ngarso Sung Tuladha
Yakni
jika didepan, menjadi contoh.
- Ing Madya Mangun Karsa
Yakni
jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi.
- Tut Wuri Handayani
Yakni
jika dibelakang, mengikuti dengan awas.
Asas
Tuwuri Handayani merupakan konseptualisasi konsep tujuh asas
perguruan nasional taman siswa yang lahir pada tgl 3 Juli 1922 yang
merupakan asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah kolonial
Belanda. Tujuh asas tersebut secara singkat disebut “Asas 1922”.
- Asas Belajar Sepanjang Hayat
UNESCO
menetapkan definisi kerja pendidikan seumur hidup sebagai konsep
bahwa pendidikan harus menetapkan beberapa hal sebagai berikut:
- Meliputi seluruh hidup setiap individu
- Mengarah pada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
- Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu.
- Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
- Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi.
- Pendidikan seumur hidup berkaitan erat dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dg makna yang sama dengan belajar sepanjang hayat. Penekanan istilah pelajar adalah perubahan perilaku yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedangkan istilah pendidikan menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalam tersebut lebih efisien dan efektif (Tirta Rahaja, 2005).
Dalam
asas pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah
mengemban dua misi yakni: memberikan pembelajaran kepada peserta
didik dengan efisien dan efektif dan meningkatkan kemampuan belajar
mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. Kurikulum yang
dapat mrndukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang
dan diimplementasi dengan memperhatikan dua dimensi sebagai berikut:
- Dimensi Vertikal
Yang
meliputi keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta
didik, termasuk relevansi bahan ajar dengan masa depan dan
pengintegrasian masalah kehidupan nyata kedalam kurikulum.
- Dimensi Horison
Yakni
keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di
luar sekolah, yaitu kurikulum sekolah merefleksikan kehidupan di luar
sekolah.
- Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik
asas Tut Wuri Handayani maupun Belajar Sepanjang Hayat secara
langsung berkaitan dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut
Wuri Handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan peserta
didik untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Asas belajar
sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar. Pengembangan
kemandirian dalam belajar seyogyanya dimulai dalam kegiatan intra
kurikuler selanjutnya dalam kegiatan kokulikuler dan ekstra kulikuler
dalam bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar